Selasa, 17 Mei 2011

seting karbu ...

Hmmmm rata-rata pada saat kita service karburator di bengkel setelan angin (air screw) dicari dengan patokan teriakan mesin tertinggi, bahkan di geber sampe putaran gas FULL. …. Bisa ! masing-masing cara orang memang beda menerapkannya tapi tujuannya sama adalah mencari settingan yang pas.
Berikut adalah diagram panduan (secara teori) untuk setting airscrew (IDLE) & PJ khususnya.
Carb Tuning Keihin 1:

sumber: keihin
Terlihat pada hampir 1/2 putaran gas, setting AirScrew dan PJ tidak berfungsi lagi. Justru kita bisa lihat perpindahan antara PJ dan MJ di isi oleh clip position, tapi sayang Karburator yg kita pakai khususnya Keihin PE tidak ada setelan klipnya. Pada putaran gas 3/4 s/d Full hanya MJ berfungsi.
Carb Tuning Keihin 2:

sumber: keihin
f6008a0a
sumber: http://www.quadparts.co.za
Carb Tuning Keihin 3 (Graham Bell):
A = most effective
B = fairly effective
C = small influence
D = no influence
Jika berpatokan pada diagram 1 s/d 3, setting airscrew di setting pada saat IDLE (RPM 2000), dicari nafas tertinggi.  Jika sudah menemukan nafas tertinggi cek putaran angin nya, jika lebih dari 2 putaran turunkan PJ 1 step, jika kurang dari 1 putaran naikan PJ 1 step. Untuk memastikan settingan sudah pas atau belum lihatlah kondisi BUSI. Jika Merah bata berati passs & motorpun menghasilkan performa maksimal & IRIT !!!
Untuk pemakaian sehari-hari pembacaan kondisi busi lebih ke penggunaan PJ, why? lihat tabel, penggunaan MJ di putaran gas 3/4 s/d FULL. Untuk mengecek MJ nya sendiri dilakukan dengan cara gas full (geber) diatas 8000 RPM lalu gigi 4 atau gigi 5 lalu matikan kontak & teken kopling (sepersekian detik) dan langsung cek busi. Namun cara itu tidak semua orang bisa melakukannya. Saya pribadi untuk menentukan MJ sudah pas atau belum feeling aja pada saat kita geber. MJ terlalu besar akan terasa lama naik ke RPM. MJ terlalu kecil nafas akan cepat hab

noken as untuk mio

Di pasarn banyak sekali noken as Yamaha Mio. Masing-masing klaim memiliki durasi terbaik. “Istilah  durasi dipakai untuk menunjukkan berapa lama kem membuka klep in maupun ex. Pengukurannya sendiri berdasarkan rotasi atau arah putaran mesin, menggunakan satuan derajat,” kata Tommy Huang, juragannya tim balap Bintang Racing Team (BRT) yang bermarkas di kawasan Cibinong, Jabar.

Pengukuran durasi itu sendiri, dimulai dari saat klep terangkat dan diakhiri saat klep tertutup dengan sempurna. Untuk mengetahui kapan klep terbuka sampai tertutup, diperlukan alat yang namanya dial gauge. Alat tersebut dipasang pada lubang pemeriksaan celah klep. Sementara buat melihat posisi putaran mesin di berapa derajat, dipakai busur derajat yang ditempatkan pada poros kruk as di magnet.

Ada 3 teknik (seat to seat (STS), Inggris dan Jepang) yang bisa dipakai buat mengukur berapa durasi kem. Untuk STS, penghitungannya dimulai saat klep terbuka 0,02 mm sampai 0,02 mm sebelum klep tertutup.

Sementara teknik Inggris yang mulai ukurannya dari 1,25 mm (klep terbuka) dan selesai 1,25 mm sebelum klep tertutup. Teknik ke-3 (Jepang), pencatatannya diawalai setelah klep baru menganga 1 mm dan berakhir 1 mm sebelum klep tertutup.

“Mau pakai salah satu dari teknik tersebut sah-sah saja, asal diberikan keterangan teknik mana yang dipakai,” ujar pria berkaca mata ini.

Kalau sudah tahu tekniknya sekarang cara menghitungnya, pakai teknik Jepang ya. Misalnya dalam 1 kali putaran mesin (360o), setelah klep in terangkat 1 mm angka di busur derajatnya 20o sebelum TMA (titik mati atas).
Sementara 1 mm sebelum klep tertutup, busur derajatnya menunjukkan angka 40o setelah TMB (titik mati bawah). Dengan angka-angka tersebut, setelah dimasukkan dalam rumus nilai sebelum TMA (A) + 180o (TMA ke TMB) + nilai setelah TMB (B) maka di dapat 240o.

Noken as standar, total durasinya cuman 220o

dial Gauge, indikator klep mulai terbuka sampai tertutup lagi

Busur derajat, pasangnya pada poros kruk as di rumah roller
Itu tadi buat klep in, kalau buat klep ex begini perhitungannya. Misal klep terbuka 40o sebelum TMB dan 40o setelah TMA (mulai perhitungannya tetap setelah klep terbuka 1 mm dan berakhir pada 1 mm sebelum tertutup).
Dengan rumus nilai sebelum TMB (C) + 180o (TMB ke TMA) + nilai setelah TMA (D), hasilnya 260o. Setelah didapat nilai durasi klep in dan ex, maka bisa dihitung total durasi kem. Caranya (240o+260o) : 2 = 250o.

Mau tahu seberapa besar durasi 4 kem (CLD, HRP, Kawahara, Pico & WRD) dan perbedaannya dengan kem bawaan pabrik? Baca Tabelnya!

CLD
Setelah diukur dial gauge, durasi kem in produk asal Ciledug, Tangerang ini diawali pada 12o dan berakhir pada 51o. Sementara pada kem ex, catatannya 43o dan 16o. Ini bisa diartikan kem itu membuka lebih cepat dan menutup lebih lama. “Karakter noken as seperi ini, akan sangat berperan saat mesin sudah di putaran atas,” kata Tommy Huang.

HRP
Klep in baru membuka pada 50 dan kembali menutup pada 430 (kem ex buka di 230 dan rapat kembali pada 250). Efek yang dihasilkan kem HRP, akselerasi putaran bawahnya sedikit responsif. Tapi lebih terasa pengaruhnya saat mesin sudah di kitiran atas.

Kawahara
Untuk Mio spek harian yang pakai noken as ini, top speed akan bertambah. “Namun akselerasi putaran bawah sedikit lelet,” terang Tommy. Menurutnya, klep in yang terbuka pada 100 (tertutup di 450) dan catatan klep ex 300-19o jadi penyebab pembetukan karakter kem tersebut.

Pico
Pasokan bahan bakar masuk ke ruang bakar dimulai dari klep in membuka pada 15o dan terhenti saat klep menutup di 43o (sementara klep ex, terbuka di 15o dan balik merapat di 47o). Power mesin akan lebih terasa bertambah, saat mesin sudah meraung di rpm atas. “Jadi jangan kaget kalau, torsi bawahnya terasa kurang,” tutur penggagas CDI racing lokal BRT ini.

WRD
Dengan torehan catatan yang tak terlalu jauh dengan hasil perhitungan kem lainnya (kem in buka 8o- tutup 42o dan kem ex buka 28o- tutup 20o), maka pakai kem WRD top speed Mio bisa bertambah. Namun, akselerasi mesin putaran bawahnya jangan dikeluhkan karena agak lambat.
Durasi Kem In







Noken As
A
+
TMA-TMB
+
B
=
Durasi
Standar
5o

180o

37o
222o
CLD
12o

180o
51o
234o
HRP
5o

180o
43o
228o
Kawahara
10o

180o
45o
235o
PICO
15o

180o
43o
248o
WRD
8o

180o
42o
230o
Durasi Kem EX







Noken As C
+
TMA-TMB
+
D
=
Durasi
Standar 5o

180o
34o
219o
CLD 43o

180o
16o
239o
HRP 23o

180o
25o
228o
Kawahara 30o

180o
19o
229o
PICO 15o

180o
47o
242o
WRD 28o

180o
20o
228o
Total durasi







Noken As
In
+
EX
:2
=
Total Durasi

Standar 222o

219o :2 =

220o
CLD 243o

239o :2 =

241o
HRP 228o

228o :2 =

228o
Kawahara 235o

229o :2 =

232o
PICO 248o

242o :2 =

245o
WRD 230o

228o :2 =

229o

dasar motor 4tk

Banyak dari kita memahami mesin 4 tak ( 4 langkah ) adalah sebuah kesautuan banyak komponen yang membentuk kinerja dimana dalam menghasilkan sebuah tenaga konversi kalor menjadi kinetik dibutuhkan 4 siklus kerja berdasarkan rotasi kruk as dan translasi torak. Tidak ada yang salah, karena kebanyakan buku kursus dan guru kita di STM mengajarkan demikian, bahkan dari pemahaman sederhana ini saja mungkin kita belum mengerti seutuhnya. :) Coba kita ulang, 4 langkah gerak turun-naik piston itu adalah : langkah hisap, langkah kompresi, langkah usaha (power) , langkah buang. Betul?! Setiap langkah piston dari TMA (titik mati atas) ke TMB (titik mati bawah) membutuhkan durasi kinerja kruk as sejauh 180 derajat, oleh karenanya satu siklus utuh mesin 4 langkah membutuhkan 720 derajat durasi kruk as, dan 360 derajat durasi noken as, atau 2 kali putaran kruk as – 1 kali putaran noken as. Pemahaman dasar tentang cara kerja mesin 4 langkah sangat penting sebelum kita mengembangkan tenaga lebih dari standardnya.
1. proses hisap. Piston bergerak dari TMA ke TMB, klep intake terbuka, campuran udara/bahan-bakar terhisap masuk oleh piston.
2. proses kompresi. Piston bergerak dari TMB ke TMA, kedua klep tertutup, campuran udara/bahan-bakar dipadatkan menuju kubah ruang bakar oleh piston.
3. proses usaha. Busi menyala meledakkan campuran udara/bahan-bakar hingga mendorong piston bergerak dari TMA ke TMB.
4. proses buang. Klep buang terbuka, piston bergerak dari TMB ke TMA mendorong gas sisa pembakaran.

HI - PERFORMANCE Kit, YAMAHA JUPITER MX

ITU SAJA BELUM CUKUP!
Mentor kami dari negeri paman sam berkata lain, bahwasanya mesin motor / mobil yang kita kendarai sehari-hari itu tidak hanyak 4 tak – 4 langkah, melainkan dapat dipilah lebih detail menjadi 8 langkah ( 8 tak )!! Gila gak? Memang gila! Tapi kalau mau bikin mesin kencang, kita harus mau belajar gila untuk memahami mesin 8 tak. Dan inilah rahasia terbesar titik-titik penting pengembangan dapur pacu pembangkit tenaga.
Sebelumnya mari kita menyelaraskan pikiran kita tentang pemahaman torsi, TORSI , apa itu? Istilah torsi seringkali dipakai dengan salah untuk mendeskripsikan kekuatan mesin di RPM Rendah. Dalam kenyataannya, Tenaga ( horsepower ) adalah satu-satunya yang berperan penting, karena torsi tidak melibatkan satupun pergerakan! Torsi hanyalah pengukuran statis dalam menilai kekuatan lenting, titik! Dalam sebuah event balap, tujuan utama kita adalah menciptakan sebuah mesin motor yang mampu menghadirkan kekuatan pergerakan linier akselerasi dari 8,000 RPM ke puncak limiter. Kunci untuk mencapai tujuan itu tertanam pada pemahaman akan cara kerja mesin menciptakan tenaga.
Ketika torsi ( Kekuatan Statis ) dikombinasikan oleh putaran kruk as dalam satuan waktu –RPM- , hasilnya adalah Horsepower ( Kinerja / Akselerasi ). Dari tiga faktor perhitungan, satu-satunya konstanta pasti adalah RPM. Dengan kata lain, RPM akan selalu meningkat dalam sebuah progresi numeric sempurna. ( missal : Akan selalu ada 1,000 RPM diantara 5,000 dan 6,000 RPM) sehingga, jika mesin dapat di setel untuk menciptakan keluaran torsi konstan melalui rentang RPM yang lebar, Horsepower akan “secara-otomatis” mengalikan progresi linier sempurna yang sama dengan RPM!

KIT Honda Grand/Supra110
Sebuah keluaran torsi rata! Ini adalah jantung dari tantangan menyeting mesin! Karena umumnya ketika mesin sudah di seting ulang untuk menciptakan lebih banyak torsi di rentang RPM tertentu, akan terjadi kehilangan di rentang RPM lainnya. Untuk melihat mengapa ini terjadi, mari kita cermati kompromisasi setingan pada RPM yang berbeda. Harus disadari bahwa setiap langkah dari suatu proses dimulai lebih dini mendahului langkah piston sesungguhnya , maka akan semakin akurat untuk berpikir tentang siklus mesin dalam 8 langkah ketimbang 4 langkah yang dibagi 180 derajat.
Timing diagram
2 Fase Langkah Buang ( Exhaust Blowdown / Exhaust Return )
Exhaust Blowdown: Sisa gas hasil ledakan harus dibersihkan tuntas dari silinder. Jalan satu-satunya adalah dengan membuka klep buang lebih dini sekitar 30 – 40 derajat sebelum akhir langkah buang ( TMB ) sehingga tekanan gas yang masih terbakar dapat mulai melarikan diri keluar dari silinder. Jika ledakan dibiarkan berlanjut mendorong piston hingga TMB, sedangkan kedua katup dalam keadaan menutup menciptakan kevakuman silinder tingkat tinggi, maka piston akan bekerja terlalu keras untuk mendorong balik ke atas melawan tekanan yang diciptakan oleh gas yang masih terbakar dan menyerebak saat melakukan langkah buang. Ketimbang demikian, sebaiknya sebagian tekanan itu dipakai untuk meniup dirinya keluar dari silinder sementara piston masih bergerak turun.

Hi Speed Exhaust
Exhaust Return: Seketika piston berganti arah translasi dalam fase exhaust return, sisa tekanan hilang. Jika silenser knalpot diposisikan sesuai teorema Dinamika Gas Buang untuk menghasilkan tenaga, maka saat terbaik untuk membuka klep buang adalah kompromi antara menciptakan tenaga terbesar dari fase usaha pada RPM rendah, dan kehilangan tenaga akhir dari fase buang di RPM tinggi, atau sebaliknya!


3 FASE HISAP
Ada 3 tahapan berbeda yang menstimulasi aliran udara/bahan-bakar memasuki mesin.
Intake Overlap: Fase pemasukan sebenarnya dimulai saat akhir fase buang. Sekiranya 20 derajat sebelum TMA , klep masuk mulai terbuka. Ini disebut juga periode overlap noken as dikarenakan klep inlet & outlet saling terbuka dalam jumlah kecil pada saat yang sama. ( Klep buang dalam proses menutup – Klep masuk dalam proses terbuka )
Tekanan gas buang yang relatif rendah menciptakan pola aliran udara di atas silinder yang menarik pengabutan campuran udara segar ke dalam silinder menggantikan sisa gas buang. Hebatnya, perlu disardari bahwasanya aliran udara/bahan-bakar masuk ke dalam silinder bahkan sudah dimulai meski piston masih dalam translasi dari TMB ke TMA. Melawan arah dari alirah udara yang seharusnya terpompa!!!
Intake Suction: Sekarang piston telah melewati 20 derajat setelah TMA dan berakselerasi turun, menciptakan tekanan yang rendah dalam silinder sehingga menarik udara./bahan-bakar. Pada saat yang sama, klep terbuka secara cepat mengijinkan campuran udara/bahan-bakar untuk memasuki silinder tanpa halangan. Jumlah yang terhisap dan kecepatan aliran udara ini akan meningkat seiring dengan kombinasi porting, tinggi angkatan klep dan putaran mesin -RPM-.
Intake Charging: Ini adalah fase antara piston yang telah melalui akhir langkah, dan mulai bergerak naik. Dikarenakan momentum kecepatan tinggi tekanan udara tercipta oleh fase hisap, banyak dari campuran udara/bahan-bakar masih terhisap bergerak turun melaui jalur pemasukan untuk mengisi silinder meskipun piston mulai bergerak naik. Ini adalah fenomena yang meningkat sesuai kecepatan mesin, mencapai titik dimana secara progresif persentase tinggi dari pengisian silinder terjadi setelah piston tak lagi secara fisik “menghisap” campuran untuk masuk. Karenanya, penting untuk meningkatkan fase hisap lebih dari sekedar mendeskripsikannya dalam 180 derajat kruk as. Rata-rata, dalam mendesain mesin performa tinggi klep tidak sepenuhnya tertutup meski piston sudah bergerak naik 55 – 70 derajat setelah melampaui 180 derajat langkah hisap untuk mengoptimalkan pemasukan bahan-bakar!!
catt : Sebagaimana dapat kamu lihat, panjangya fase ini berhubungan dengan kecepatan mesin. Ini adalah sebuah kompromi lainnya, dikarenakan sementara proses klep in yang tertunda untuk menutup meningkatkan pengisian pada RPM tinggi, kecepatan muatan tidak cukup tinggi pada RPM rendah, dan piston akan mendorong beberapa dari campuran udara/bahan-bakar kembali ke porting bahkan lebih parah tersembur ulang ke karburator menciptakan kekacauan kalibrasi.
Juga, dengan tujuan mencampur kekuatan utama dari fase hisap, muatan yang terinduksi harus terbakar sepenuhnya. Jika karburator diseting dengan jet yang tepat, campuran udara/bahan-bakar akan benar. Namun, semenjak bahan-bakar lebih berat ketimbang udara, mungkin saja untuk beberapa molekul bahan bakar terpisah dari campurannya saat bergerak melalui porting memasuki silinder. Ini dapat menyebabkan campuran menjadi kacau, dan menjadikan efisiensi pembakaran yang menyedihkan.
Muatan udara/bahan-bakar harus tetap berturbulensi dalam silinder untuk menjaga keseragaman campuran keluar. Salah satu cara popular untuk melakukannya pada mesin 2 klep adalah menciptaka kelokan lembut pada porting untuk memutar campuran udara memasuki silinder. Ini tidak akan berguna untuk mesin multi klep, dikarenankan terlalu banyak turbulensi tercipta dalam porting, yang merusak volume dari aliran udara ke dalam silinder.
Compression Phase
Momen dimana klep in tertutup dan klep buang belum terbuka sementara piston bergerak naik melakukan tekanan menandai akhir fase hisap, dan dimulainya fase kompresi. Inilah sebenarnya rasio kompresi dihitung, yaitu kompresi Dinamis! Semakin banyak campuran udara/bahan-bakar yang dapat ditekan — semakin besar pula total ledakan yang dapat dibakar. Semakin besar ledakan, semakin kuat daya lenting piston memutar kruk as dalam menghasilkan tenaga.
Batasan seberapa banyak yang mampu kita kompresikan? Seberapa kuat kita boleh memadatkan bahan-bakar yang masuk? Satu-satunya batasan adalah hingga tidak terjadi detonasi. Satu faktor yang menjadi efek merusak terhebat dalam mesin adalah detonasi. Dan salah satu pencegah terjadinya Detonasi adalah kekompakan dan efisiensi ruang bakar!!
2 FASE TENAGA
Pre Power Burning Phase Busi membutuhkan waktu beberapa saat untuk menyebar menjadi api dan membakar semua bahan-bakar. Jika waktu ini dipakai saat piston mulai bergerak turun, maka ada sejumlah bahan-bakar yang potensial untuk dapat diubah menjadi tenaga akan hilang. Jadi, momentum terbaik untuk menyalakan busi adalah sebelum piston mencapai puncak dari langkah kompresi, biasanya antara 35 derajat – 40 derajat sebelum TMA.
Balancing Kruk As, Penting
Power Production Stroke Seketika piston mencapai TMA, inilah titik penting permukaan piston menerima tempaan ledakan hasil pembakaran yang terfokus dalam menciptakan tenaga. Inilah inti mesin, memproduksi tenaga. Hasil ledakan dipakai mendorong piston, ditekan berat hingga melesat turun ke titik dimana fase exhaust blowdown, sekitar 140 derajat dari TMA, disaat ini klep buang mulai membocorkan kompresi dan meringankan beban kruk as serta meningkatkan akselerasi daya lenting piston. Setelah itu semua langkah ini terulang kembali dari mula.
KESIMPULAN Sebagaimana mesin empat langkah bekerja, ternyata pemahaman itu saja masih jauh dari sempurna. Ditambah permasalahan dasar menyetel mesin, banyak tenaga terbuang dipakai untuk mengisi ulang silinder hanya untuk menyiapkan langkah usaha. Kenyataanya, dalam siklus yang sempurna (720 derajat kruk as), rata-rata fase langkah usaha hanya kurang dari 140 derajat!!! Banyak peningkatan perbaikan dapat dilakukan untuk membuat sisa 580 derajat itu untuk memaksimalkan siklus langkah USAHA, dan begitu pula pentingnya, meminimalisir kehilangan pengisian ulang. Dari titik sederhana ini dapat dipahami betapa poin penyetelan dimana klep in menutup dalam mengatur kompresi, dan titik dimana klep buang mulai terbuka dalam mengatur tenaga akan memberi perubahan drastis pada mesin.
Belum kemudian ditambahkan inspirasi oleh guru saya, mas Londo dari bengkel TRB di bilangkan Kalasan – Klaten Jawa Tengah. “memang mesin 4 tak,kenyataanya bukan bener2 4 kali siklus.masih ditambah siklus overlap.Pada siklus overlap ini aja masih banyak banget pr yang mesti kita kerjakan…
-kenapa mesti ada siklus overlap?
-berapa tinggi lift idealnya ketika overlap?
-berapa derajat idealnya ketika overlap?
-Berapa sudut idealnya klep in dan ex?
-berapa ketinggian sitting klep in dan ex?
-apakah harus sejajar/tingginya sama?
-apakah harus tinggi yang in,atau sebaliknya?

Sabtu, 14 Mei 2011

pebali

balap motor sudah bagian dari para pencinta oprek mesin...

obsesi pebali.

motor 4t

Mesin 4T terdiri dari 4 langkah proses yaitu :
1.Isap (Intake)
2.Kompresi (Compression)
3.Usaha (Power/Ignition)
4.Buang(Exaust)

LANGKAH MODIFIKASI MESIN
1.Saluran Isap dan Buang (Flow Head Cylinder)
2.Noken As / Cam Shaft(Valve Timing)
3.Perbandingan Kompresi(Compresition Ratio)
4.Timing Pengapian(Ignition Timing/CDI)
5.Transmisi

Istilah teknik :
1.Kurva Pengapian (Ignition Curve)
2.Map/Mapping                                              =           SAMA
3.Ignition Timing (Waktu Pengapian)
Kurva pengapian adalah program kurva yang menggambarkan karakteristik waktu pengapian yang dilakukan oleh CDI.
Seorang mekanik harus mengerti membaca ilustrasi sebuah grafik Kurva Pengapian, agar dapat menyeting kurva yang tepat untuk sebuah mesin yang sedang dikembangkan.
CONTOH :15º30ºBTDC2000300010000RPMIDLETRANSISIADVANCE

CATATAN :
IDLE: Langsam/Stasioner
TRANSISI: Pergeseran timing
ADVANCE: Kurva Maju
BTDC: Sebelum TMA
TMA: Titik Mati Atas
TMB: Titik

CARA PEMAHAMAN :
Kurva pengapian pada 0 sampai 2000 rpm adalah 15º (Langsam/Stasioner)
Kurva pengapian pada 2001 sampai 3000 rpm adalah pergeseran linier (transisi
Kurva pengapian pada 3001 sampai 10.000 rpm adalah 30º

KESIMPULAN :
Kurva pengapian di atas adalah 2 steps saja ----yaitu : 15º-30º

PROSES
Terjadi pada saat langkah kompresi
Di bawah 2000 rpm, busi menyala pada 15º sebelum TMA
Jika lebih besar dari 15º, maka:

1.Langsam mesin akan pinjang dan tidak normal
2.Stater kaki (Kick Stater) akan menendang balik.
Jika lebih kecil dari 15º, maka:
1.Langsam mesin akan lamban.
2.Tarikan mesin akan menjadi berat.


Di atas 3000 rpm, busi menyala pada 30º sebelum TMA
PERHATIAN !!!

Pada saat busi menyala, diruang bakar belum terjadi ledakan
Ledakan terjadi beberapa saat setelah piston melewati TMA
Kurva pengapian dipengaruhi oleh :
Perbandingan Kompresi
Durasi Noken As (Cam Shaft)
-

Foto ledakan yang terjadi di ruang bakar mulai 5º,setelah piston melewati TMA.-Ledakan terjadi penuh berkisar 10º s/d 20º setelah piston melewati TMA.-Jika kompresi rasio besar, maka ledakkan akan terjadilebih awal dan lebih cepat.